Hari ini tepatnya tanggal 13 maret adalah hari yang sangat engkau tunggu – tunggu. Hari bahagiamu. Hari dimana kata orang engkau akang menjadi “ raja dan ratu sehari”, yah, hari ini adalah hari Pernikahan yang telah lama engkau impi – impi kan. Hari yang aku yakin engkau tidak bisa tidur berhari – hari karena memikirkannya.
Banyak hal tentang dirimu yang sampai saat ini belum bisa aku lupakan. Kenangan manis kita, entah itu di sepanjang jalan, di tempat rekreasi maupun di emperan jalan, tempat kita bisa makan jagung godok bersama. Yah, terlalu banyak kenangan, membuat diriku sulit melupakan mu. Tapi Aku yakin satu hal “setiap orang mengungkapkan rasa sayangnya dengan caranya sendiri – sendiri”. Begitu juga ketika orang tua dan saudara – saudara ku memilihkan jodoh untuk ku. Saat itu aku berada di persimpangan, antara memilih engkau yang telah mengisihari – hari ku, dengan keinginan untuk sekedar membahagiakan orang tua ku, yang saat itu tinggal satu, yaitu bapak ku. Bapak lebih memilih mas johan daripada engkau, masukan yang aku pikir saat itu aneh waktu itu, bapak bertemu dengan temannya dan temannya langsung bilang kalau aku akan lebih baik bersanding dengan mas johan, padahal bapak tidak menceritakan masalah yang sedang dihadapinya saat itu, itu adalah kata bapak yang diceritaka pada ku. Waktu itu aku hanya diam sambil berfikir, karena jawaban apapun yang ku berikan pasti dianggap salah oleh bapak. Bapak punya sifat tidak mau menerima pendapat anak – anaknya, dan mengangap pendapatnya adalah yang paling benar.
Pilihan yang sangat sulit, antara engkau dan bapak. Yang terlintas dalam benak ku saat itu adalah orang tua yang seharusnya menuruti keingian anak, atau seorang anak yang seharusnya mengikuti keinginan orang tua, aku juga tau kalau Ridho Allah tergantung ridho orang tua. Jika aku mengikuti keingian ku sendiri dan bapak tidak ridho?... Stres itu kubawa kemana pun aku pergi, sampai pekerjaan juga ikut kacau, cerita ke teman juga responnya lucu –lucu, ada yang menyarankan ke kiayi atau orang pintar, bahkan ada seorang teman yang merekomendasikan kehebatannya gurunya dalam menebak sifat orang, ada lagi yang pake felling, ada juga yang mengharuskan ku mengikuti keingian orang tua, dan lain – lain.
Aku jadi tau rasanya orang pengen bunuh diri, yah mungkin dilema yang ku hadapi bisa mengantarkan orang pada pilihan bunuh diri. Dan ketika keinginan itu muncul aku yakin orang tidak akan takut dengan apapun, entah itu orang yang lebih besar dari dia atau makhluk halus sedikit pun. Karena waktu itu malam – malam ketika aku jalan sendiri melewati kuburan, yang selama ini ku hindari jika petang menjelang, tidak ada rasa takut sedikitpun, dan anehnya memang aku tidak bertemu siapa pun waktu itu.
Akhirnya ku putuskan mengikuti keingian bapak. Mungkin dimata engkau aku adalah seorang pengecut yang tidak mau memperjuangkan keinginan diri sendiri. Satu hal yang tidak pernah engkau tau, setiap aku pulang, kulihat bapak semakin tua dengan keriput di wajahnya dan badan yang semakin kurus, hingga tak tega rasanya hatiku menolaknya. Walaupun rasa bersalah itu selalu ada, tapi aku juga tidak merasa salah 100%, waktu itu aku ingat, aku mengajakmu untuk menikah, satu hal yang tidak pernah ku minta dari mu selama bertahun – tahun kita bersama, tapi engkau tidak mau, tidak memberikan jawaban yang pasti, sementara semua keluarga ku sudah pada ribut. Keributan yang selama ini tidak aku sukai, dan itu adalah salah satu pesan ibu ku yang sudah lama meninggal, ibu berpesan mengalahlah sesama saudara jangan membuat keributan apa pun itu.
Sekarang aku tau satu hal semua rasa penyesalan dan rasa bersalah itu hilang, ketika aku pulang dan melihat bapak tersenyum bahagia, biarlah kesedihan yang tidak berujung ini kunikmati sendiri. Hari ini 13 maret, kemarin engkau bilang kalau ini adalah hari pernikahan mu, aku turut bahagia, satu untaian do’a kuucapkan dari hati yang paling dalam “semoga engkau bahagia” amin…
Aku jadi teringat dengan salah satu puisi ini :
Kekasih sejati
adalah ketika kamu menitikkan air mata,
maka dengan kebesaran cintanya
ia tetap peduli terhadapmu.
Sebuah kekuatan abadi yang ketika kamu tidak mempedulikannya
dan dia masih menunggumu dengan setia..
Ketulusan sejati adalah Saat Sang kekasih mulai mencintai orang lain
dan dia masih bisa tersenyum sembari berkata
'Aku turut berbahagia untukmu‘…
Hartono Beny Hidayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar