Senin, 13 Februari 2012

Yasinan oh Yasinan


Ini adalah pengalaman pertama, yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Waktu itu hari kamis malam (malam jum’at) , ada undangan pengajian, yang aku pikir undangan untuk menghadiri pengajian/ ceramah tertentu dari seorang ustad / ustadah. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan undangan / ajakan tersebut. Namun ketika baru beberapa langkah keluar dari rumah salah seorang ibu bertanya “dek, sudah bawa buku yasin dan uang?” sontak aku terkejut dan kujawab “belum ibu, ya sebentar saya ambi dulu” kataku sambi kembali ke rumah. Dari sini aku sudah bertanya – tanya dalam hati “pengajian apa ini, kok disuruh bawa buku yasin dan uang” untunglah dirumah ada buku yasin yang pernah dikasih oleh salah seorang saudara.
Dalam perjalanan ke tempat pengajian yang kali ini diadakan di rumah ibu sekretaris RT, aku masih bertanya – tanya dalam hati. “pengajian apa ini”. Dan ketika sampai di tempat terjawablah pertanyaan ku, kalau ini bukanlah pengajian seperti yang aku bayangkan, tapi sekumpulan ibu – ibu yang akan yasinan, dan seumur hidup ku aku tidak pernah mengikuti yasinan, kalau dengar sih sering, maklumlah aku dibesarkan  dikeluarga yang menganut aliran Muhammadiyah, jadi tidak pernah ikut yasinan, atau selamatan.
Tapi aku yakin dengan buku yasin yang aku bawa, pasti semua berjalan lancar, karena ini yasinan maka yang ada dalam otak ku adalah membaca surat yasin. Tapi semua diuar dugaan, awalnya memang membaca surat yasin, tapi selanjutnya, ampun buku yang aku pegang tidak lagi bisa dijadikan pegangan, karena ibu – ibu yang sudah terbiasa ikut yasinan bisa dengan santainya menguapkan kalimat – kalimat diluar kepala mereka tanpa melihat buku, dan kenapa mereka membacanya tidak urut per halaman saja, tapi loncat sana – sini. Itu yang membuat aku ampun, dan kalau di zoom pasti aku terlihat konyol dan ngisin – ngisin ni (jw. malu – malu in)
Yah, kalau sudah begini aku cuma bisa berharap yasinan kali ini cepat selesai. Setelah selesai pun masih ada sesi kirim do’a untuk orang – orang yang tdak aku kenal, walaupun mereka menyebutkan namanya, ada yang untuk orang tua mereka yang sudah meniggal atau untuk keluarga mereka yang sedang sakit. Dan aku hanya bisa mengikutinya dengan rasa yang tidak yakin dan aneh. Aneh karena tiba – tiba aku teringat buku yang pernah aku baca karangan Agus Mustofa yan berjudul “Berdo’a ataukah Menyuruh Tuhan, la wong Tuhan kok disuruh suruh” (kapan – kapan aku tulis referensinya). Buku yang seharusnya dibaca oleh setiap orang, karena bisa merubah cara pandang kita selama ini tentang Do’a.
Setelah selesai, dilanjutkan acara makan – makan dan sumbangan uang, disini juga jadi rada aneh, ada 2 jenis sumbangan, yang satu dicatat per orang dan dibukukan dan satunya lagi sumbangan bebas. Beda keduanya adalah yang pertama di tentukan jumlahnya dan yang kedua tidak ditentukan jumlahnya. Dalam hati mau bertanya dan berontak, bukan karena jumlah nominalnya, tapi lebih “kenapa ditentukan dan tidak” “kenapa dicatat dan bebas” ????????? trus kalau ada yang ikut pengajian waktu itu tidak punya uang gimana atau kayak aku yang baru pertama kai ikut dan tidak membawa uang gimana???. Apalah daya kayaknya diriku paling kecil, dari pada tambah ribut dan acara tidak selesai – selesai akhirnya ku ikutin saja kemauannya.

Yasinan oh yasinan…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar