Rabu, 29 Februari 2012

Kekasih sejati


Hari ini tepatnya tanggal 13 maret adalah hari yang sangat engkau tunggu – tunggu. Hari bahagiamu. Hari dimana kata orang engkau akang menjadi “ raja dan ratu sehari”, yah, hari ini adalah hari Pernikahan yang telah lama engkau impi – impi kan. Hari yang aku yakin engkau tidak bisa tidur berhari – hari karena memikirkannya.
Banyak hal tentang dirimu yang sampai saat ini belum bisa aku lupakan. Kenangan manis kita, entah itu di sepanjang jalan, di tempat rekreasi maupun di emperan jalan, tempat kita bisa makan jagung godok bersama. Yah, terlalu banyak kenangan, membuat diriku sulit melupakan mu. Tapi Aku yakin satu hal “setiap orang mengungkapkan rasa sayangnya dengan caranya sendiri – sendiri”. Begitu juga ketika orang tua dan saudara – saudara ku memilihkan jodoh untuk ku. Saat itu aku berada di persimpangan, antara memilih engkau yang telah mengisihari – hari ku, dengan keinginan untuk sekedar membahagiakan orang tua ku, yang saat itu tinggal satu, yaitu bapak ku. Bapak lebih memilih mas johan daripada engkau, masukan yang aku pikir saat itu aneh waktu itu, bapak bertemu dengan temannya dan temannya langsung bilang kalau aku akan lebih baik bersanding dengan mas johan, padahal bapak tidak menceritakan masalah yang sedang dihadapinya saat itu, itu adalah kata bapak yang diceritaka pada ku. Waktu itu aku hanya diam sambil berfikir, karena jawaban apapun yang ku berikan pasti dianggap salah oleh bapak. Bapak punya sifat tidak mau menerima pendapat anak – anaknya, dan mengangap pendapatnya adalah yang paling benar.
Pilihan yang sangat sulit, antara engkau dan bapak. Yang terlintas dalam benak ku saat itu adalah orang tua yang seharusnya menuruti keingian anak, atau seorang anak yang seharusnya mengikuti keinginan orang tua, aku juga tau kalau Ridho Allah tergantung ridho orang tua. Jika aku mengikuti keingian ku sendiri dan bapak tidak ridho?... Stres itu kubawa kemana pun aku pergi, sampai pekerjaan juga ikut kacau, cerita ke teman juga responnya lucu –lucu, ada yang menyarankan ke kiayi atau orang pintar, bahkan ada seorang teman yang merekomendasikan kehebatannya gurunya dalam menebak sifat orang, ada lagi yang pake felling, ada juga yang mengharuskan ku mengikuti keingian orang tua, dan lain – lain.
Aku jadi tau rasanya orang pengen bunuh diri, yah mungkin dilema yang ku hadapi bisa mengantarkan orang pada pilihan bunuh diri. Dan ketika keinginan itu muncul aku yakin orang tidak akan takut dengan apapun, entah itu orang yang lebih besar dari dia atau makhluk halus sedikit pun. Karena waktu itu malam – malam ketika aku jalan sendiri melewati kuburan, yang selama ini ku hindari jika petang menjelang, tidak ada rasa takut sedikitpun, dan anehnya memang aku tidak bertemu siapa pun waktu itu.
Akhirnya ku putuskan mengikuti keingian bapak. Mungkin dimata engkau aku adalah seorang pengecut yang tidak mau memperjuangkan keinginan diri sendiri. Satu hal yang tidak pernah engkau tau, setiap aku pulang, kulihat bapak semakin tua dengan keriput di wajahnya dan badan yang semakin kurus, hingga tak tega rasanya hatiku menolaknya. Walaupun rasa bersalah itu selalu ada, tapi aku juga tidak merasa salah 100%, waktu itu aku ingat, aku mengajakmu untuk menikah, satu hal yang tidak pernah ku minta dari mu selama bertahun – tahun kita bersama, tapi engkau tidak mau, tidak memberikan jawaban yang pasti, sementara semua keluarga ku sudah pada ribut. Keributan yang selama ini tidak aku sukai, dan itu adalah salah satu pesan ibu ku yang sudah lama meninggal, ibu berpesan mengalahlah sesama saudara jangan membuat keributan apa pun itu.
Sekarang aku tau satu hal semua rasa penyesalan dan rasa bersalah itu hilang, ketika aku pulang dan melihat bapak tersenyum bahagia, biarlah kesedihan yang tidak berujung ini kunikmati sendiri. Hari ini  13 maret, kemarin engkau bilang kalau ini adalah hari pernikahan mu, aku turut bahagia, satu untaian do’a kuucapkan dari hati yang paling dalam “semoga engkau bahagia” amin…
Aku jadi teringat dengan salah satu puisi ini :
Kekasih sejati 
adalah ketika kamu menitikkan air mata,
maka dengan kebesaran cintanya
ia tetap peduli terhadapmu.

Sebuah kekuatan abadi  yang ketika kamu tidak mempedulikannya
dan dia masih menunggumu dengan setia.. 

Ketulusan sejati adalah Saat Sang kekasih mulai mencintai orang lain
dan dia masih bisa tersenyum sembari berkata
 'Aku turut berbahagia untukmu‘…  
Hartono Beny Hidayat

Jumat, 24 Februari 2012

Keinginan menulis


Setiap manusia diciptakan Allah sempurna, mempuyai jiwa dan raga. Fisik dan psikis. Terutama hati, disanalah semua perasaan muncul, entah itu sedih atau senang. Sebagian orang bisa mengekpresikannya lewat tangisan, cerita ke orang lain, marah, menyakiti diri sendiri, menulis dan lain – lain. Saya adalah tipe orang yang terakhir. Yah, pada dasarnya menulis adalah hal yang menyenangkan, kita bisa meluapkan emosi, menceritakan sesuatu yang sulit diungkapkan lewat kata - kata. Awalnya saya tidak percaya diri menulis untuk dibaca orang lain, hingga akhirnya buku diary adalah pilihan yang tepat.
Namun karena sekarang teralu banyak pekerjaan (sebagai karyawati yang harus masuk kerja setiap hari , belum lagi sesampai di rumah sudah ditunggu pekerjaan rumah yang mau tidak mau harus dikerjakan, karena jika di pending, akan bertambah banyaklah pekerjaan tersebut, merangkap mengurus si kecil yang akhir – akhir ini pengenya ditemani bermain), membuat saya kewalahan menulis di buku diary, karena mau tidak mau buku tersebut harus dibawa kemana – mana jika keinginan menulis itu muncul, sambil mencuri – curi waktu, akhirya blog adalah pilihan yang tepat.
Awalnya saya adalah tipe penikmat seni, entah itu tulisan orang lain, lukisan, barang – barang antik, kerajinan tangan, cerpen, cerbung hingga sekedar souvenir yang unik. Karena saya merasa tidak bakat menulis. Namun lama kelamaan disini, di blog ini saya mencoba menikmati menulis dengan cara yang menyenangkan, berkenalan dengan teman – teman di dunia maya, berjalan – jalan ke blog orang lain, rasanya ada hiburan tersendiri di tengah kepenatan hidup ini. Dan akhirnya saya berfikir silahkan jika ingin mengkritik tulisan saya, mungkin bisa menjadikan tulisan saya lebih baik ke depannya.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Kontes “Ngeblog di Mata Perempuan” yang diselenggarakan oleh EmakBloggerhttp://emak2blogger.web.id


Diba’an part 1


Kejadian ini kira – kira terjadi  beberapa bulan yang lalu, tepatnya malam jum’at. Waktu itu seperti bisaa di perumahan diadakan yasinan (yang ini juga baru ngikutin pas tinggal di perumahan ini, maklumlah dari keluarga Muhammadiyah mainded, yang tidak pernah mengikuti yang namanya yasinan) di salah satu rumah warga yaitu Budhe nasi goreng, begitu orang seperumahan biasa memanggilnya, karena profesi beliau adalah penjual nasi goring di waktu sore.
Ternyata undangan yang awalnya yasinan berubah menjadi Diba’an, karena permintaan yang punya rumah. Sebelum acara dimulai salah seorang Ibu mengeluarkan buku yang berjudul Diba’an, tanpa piir panjang langsung saja ku ambil satu yang ternyata buku tersebut terdiri dari 2 fersi, berharap buku yang aku ambil sama dengan yang diambil oleh Ibu sebelah ku, ternyata di luar dugaan buku yang aku pegang berbeda dengan yang di ambil Ibu yang duduk di sebelahku. Sebenarnya harapanku jika buku kami sama adalah aku bisa mencuri liat halaman yang akan dibaca, sehigga tidak ketahuan kebinggungan ku atau ke konyolan ku. Apa yang terjadi jika semua orang yang ikut tau bagian mana yang akan dibaca, sedangkan aku, yach…tinggal berharap dalam hati saja semoa yang dibaca nanti berurutan.
Awalnya semua berjalan lancer dan aku pun bisa mengikutinya dengan fasih (kalau Cuma baca tulisan arab sih, jelek  - jelek gini bisalah hehehehe) tapi ketika sampai di tengah – tengah, ya ampun, bener – bener ampun deh, yang dibaca loncat sana – sini, dan keika semua orang bisa dengan entengnya membolak balik halaman yang akan dibaca, tinggal aku sendiri yang kelimpungan Cuma bolak – balik halaman tanpa menemukan bagian mana yang dibaca. Allah hu Akbar. Aku Cuma bisa cengar – cengir saja di dalam hati dan terlihat konyol dihadapan Ibu – Ibu pengajian.
Setelah kira – kira satu jam, akhirnya selesai juga acara Diba’an. Dan seperti bisaa acara di akhiri dengan acara makan – makan. Sambil menikmati makanan, salah seorang Ibu yang berada di sampingku dengan rasa percaya diri yang tinggi bertanya “ baru ikut Diba’an pertama kali ya dek” dan dengan rasa percaya diri yang tidak kalah tinggi nya kujawab “iya Ibu” sambil tetap cengar – cengir hehehe…
Diba’an oh diba’an…..

Jumat, 17 Februari 2012

salah satu impian ku


Ada satu peristiwa yang masih aku ingat sampai sekarang, yang jika mengingatnya kadang membuat dadaku sesak, dan pingin menangis. Waktu itu siang hari sekitar pukul 14.00 wib, mataku terasa berat untuk di ajak melek (jw. membuka mata) karena sudah beberapa hari kurang tidur, kalau siang jelas tidak bisa tidur sama sekali, malam pun juga hanya beberapa jam karena harus ngurusi (jw. merawat) Ibu yang waktu itu sedang sakit. Yah, Ibu divonis kena tumor usus besar, yang kalau di operasi maka saluran pembuangannya akan dipindah disamping perut, memakai kantong yang harus dibawa kemana – mana, maka terbayanglah keribetannya apalagi Ibu adalah seorang guru sekolah dasar yang setiap hari harus wira – wiri dari rumah ke sekolah, belum lagi kalau harus belanja ke pasar.
Waktu itu Ibu memutuskan untuk menolak operasi dan memilih pengobatan alternative. Siang itu Ibu memintaku untuk dIbuatkan teh hangat, tanpa pikir panjang langsung ku ambil gelas dan mengisinya dengan gula dan teh, tetapi ketika akan ku tuang air panas dari termos, baru ku tahu termos tersebut ternyata kosong, akhirnya ku bilang ke Ibu kalau tidak ada air panas, dan aku sudah tidak kuat menahan kantuk untuk menunggu masak air, akhirnya aku meminta waktu sebentar untuk tidur dan setelah bangun baru nanti kubuatkan teh hangat, dan Ibu pun menyetujuinya yang mungkin juga karena kasihan melihat ku yang sendirian merawatnya siang dan malam.
Kita memang tidak bisa tau apa yang akan terjadi dikemudian hari, bahkan sedetik kedepan pun kita tidak mungkin akan mengetahuinya. Ada satu hal yang aku sesali dari cerita diatas, jika saja aku tahu itu adalah permintaan Ibu yang terakhir maka seberat apapun mata ku untuk melek pasti akan ku tahan. Dan itu adalah masa yang ingin aku kembali ke sana, karena waktu aku bangun dari tidur ternyata Ibu sudah tidak ingin teh hangat lagi atau  jika memang itu suatu hal aneh yang tidak mungkin terjadi, aku hanya ingin bisa bertemu lagi dengan Ibu. Karena saat ini aku hanya bisa berdo’a semoga Ibu bahagia di sana….. Amin.
Tulisan kecil ini pengen nyoba ikutan GA.

Senin, 13 Februari 2012

Yasinan oh Yasinan


Ini adalah pengalaman pertama, yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Waktu itu hari kamis malam (malam jum’at) , ada undangan pengajian, yang aku pikir undangan untuk menghadiri pengajian/ ceramah tertentu dari seorang ustad / ustadah. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan undangan / ajakan tersebut. Namun ketika baru beberapa langkah keluar dari rumah salah seorang ibu bertanya “dek, sudah bawa buku yasin dan uang?” sontak aku terkejut dan kujawab “belum ibu, ya sebentar saya ambi dulu” kataku sambi kembali ke rumah. Dari sini aku sudah bertanya – tanya dalam hati “pengajian apa ini, kok disuruh bawa buku yasin dan uang” untunglah dirumah ada buku yasin yang pernah dikasih oleh salah seorang saudara.
Dalam perjalanan ke tempat pengajian yang kali ini diadakan di rumah ibu sekretaris RT, aku masih bertanya – tanya dalam hati. “pengajian apa ini”. Dan ketika sampai di tempat terjawablah pertanyaan ku, kalau ini bukanlah pengajian seperti yang aku bayangkan, tapi sekumpulan ibu – ibu yang akan yasinan, dan seumur hidup ku aku tidak pernah mengikuti yasinan, kalau dengar sih sering, maklumlah aku dibesarkan  dikeluarga yang menganut aliran Muhammadiyah, jadi tidak pernah ikut yasinan, atau selamatan.
Tapi aku yakin dengan buku yasin yang aku bawa, pasti semua berjalan lancar, karena ini yasinan maka yang ada dalam otak ku adalah membaca surat yasin. Tapi semua diuar dugaan, awalnya memang membaca surat yasin, tapi selanjutnya, ampun buku yang aku pegang tidak lagi bisa dijadikan pegangan, karena ibu – ibu yang sudah terbiasa ikut yasinan bisa dengan santainya menguapkan kalimat – kalimat diluar kepala mereka tanpa melihat buku, dan kenapa mereka membacanya tidak urut per halaman saja, tapi loncat sana – sini. Itu yang membuat aku ampun, dan kalau di zoom pasti aku terlihat konyol dan ngisin – ngisin ni (jw. malu – malu in)
Yah, kalau sudah begini aku cuma bisa berharap yasinan kali ini cepat selesai. Setelah selesai pun masih ada sesi kirim do’a untuk orang – orang yang tdak aku kenal, walaupun mereka menyebutkan namanya, ada yang untuk orang tua mereka yang sudah meniggal atau untuk keluarga mereka yang sedang sakit. Dan aku hanya bisa mengikutinya dengan rasa yang tidak yakin dan aneh. Aneh karena tiba – tiba aku teringat buku yang pernah aku baca karangan Agus Mustofa yan berjudul “Berdo’a ataukah Menyuruh Tuhan, la wong Tuhan kok disuruh suruh” (kapan – kapan aku tulis referensinya). Buku yang seharusnya dibaca oleh setiap orang, karena bisa merubah cara pandang kita selama ini tentang Do’a.
Setelah selesai, dilanjutkan acara makan – makan dan sumbangan uang, disini juga jadi rada aneh, ada 2 jenis sumbangan, yang satu dicatat per orang dan dibukukan dan satunya lagi sumbangan bebas. Beda keduanya adalah yang pertama di tentukan jumlahnya dan yang kedua tidak ditentukan jumlahnya. Dalam hati mau bertanya dan berontak, bukan karena jumlah nominalnya, tapi lebih “kenapa ditentukan dan tidak” “kenapa dicatat dan bebas” ????????? trus kalau ada yang ikut pengajian waktu itu tidak punya uang gimana atau kayak aku yang baru pertama kai ikut dan tidak membawa uang gimana???. Apalah daya kayaknya diriku paling kecil, dari pada tambah ribut dan acara tidak selesai – selesai akhirnya ku ikutin saja kemauannya.

Yasinan oh yasinan…..