Jumat, 15 Juni 2012

"vonis dokter itu........"


…………
Pagi ini aku termenung, aku merasa ada yang berubah pagi ini, mulai dari cara ku berjalan sampai cara ku berfikir dan merasakan sesuatu. Semua terjadi sejak tadi malam begitu aku mendengar vonis dokter yang diluar perkiraan ku. Cara ku berjalan sekarang lebih hati – hati dan cenderung lambat, dan kadang aku merasa semua yang ku lakukan mungkin ini adalah yang terakhir, kebiasaan ku pun juga berubah, aku yang biasa setiap hari minum air es atau air dingin dan paling suka makan coklat,sekarang tidak lagi semua yang aku suka tiba – tiba hilang dari pikiranku, tak ada lagi keinginan untuk minum es dan makan coklat. Tapi dari situ aku belajar sesuatu “belajar memberikan sesuatu yang terbaik untuk semua orang yang aku jumpai selagi aku bisa dan mampu”.
Ini adalah awal ceritanya. Akhir bulan april tahun dua ribu sebelas untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku mengalami batuk yang sangat hebat sampai mengeluarkan darah yang banyak. Berawal dari hari minggu, mungkin terlalu banyak aktivitas yang ku lakukan, tiba – tiba suaraku terdengar  serak dan tenggorokan ku sakit. Berlanjut hari senin waktu berangkat kerja, suara ku benar – benar senin – kamis, kadang muncul kadang tenggelam, tenggorokan juga terasa sakit. Untunglah walaupun banyak pekerjaan tetap saja ada teman – teman yang bersedia membantu, bahkan sampai aku pulang masih ada teman yang melanjutkan pekerjaan ku.
Kamis malam ketika sedang asyik – asyiknya membuat boneka, tak terasa waktu menunjukkan pukul 01.00 wib pagi. Akhirnya 2 boneka selesai ku kerjakan, dan aku pikir sekarang waktunya istirahat karena besok mau tidak mau aku harus bangun lebih pagi karena berangkat kerja. Disinilah semuanya berawal, ketika ku pikir sekarang waktunya untuk tidur, batuk – batuk kecil menyerang ku, karena ada riak yang mau keluar, langsung aku berlari ke kamar mandi, disitu ku lihat riak yang keluar sudah bercampur dengan darah. Sekitar 15 menit berlangsung, dan aku berharap segera berakhir, ternyata benar batuk ku tiba – tiba reda, dan aku pun bisa tidur dengan nyenyak.
Pagi itu Jum’at, 28 april 2011 aku bangun dengan batuk yang sudah tidak terdengar lagi dan anehnya tenggorokan ku tidak sakit lagi, aku pikir mungkin sudah sembuh setelah riak darah tadi pagi. Semua berjalan normal seperti biasanya, pagi itu aku harus mengantar si keci ke sekolah dulu, baru berangkat menuju tempat kerja, sampai akhirnya mendekati tempat kerja, tiba –  tiba saja di jembatan gantung, batuk hebat menyerang ku dengan riak yang semuanya adalah darah, kaget bercampur tidak percaya, belum sempat aku berfikir kenapa, dibelakangku sudah berdiri 3 orang yang terlihat seperti mahasiswa mendekati sambil bertanya macam – macam, ada yang bertanya rumahnya dimana, kenapa mbak, sakit apa mbak, ayo segera bawa ke rumah sakit saja ini sudah parah. Semua pertanyaan itu tidak bisa aku jawab karena batuk tidak berhenti dan darah terus keluar dari mulut dan hidungku. Aku juga tidak tahu kenapa, dan yang paling penting, aku tidak mau ke rumah sakit, bukan saja takut dengan dokternya tapi lebih karena obatnya, maklumlah karena aku tidak bisa minum obat secara langsung , kecuali dengan di gerus, aku tidak membayangkan harus tinggal di rumah sakit selama berhari – hari, cukuplah sekali saja aku di rumah sakit, trauma aku memikirkannya.
Sepanjang jalan menuju tempat kerja batuk tidak berhenti dan darah terus keluar dari mulut dan hidung ku, membuat panik ketiga mahasiswa tadi. Akhirnya salah seorang dari mereka memanggil satpam, yang langsung membawaku ke poliklinik terdekat. Untunglah, dokternya belum datang dan poliklinik masih tutup. Salah seorang karyawan disitu menyarankan ku untuk pulang dan nanti kembali lagi karena waktu masih terlalu pagi dan dokter pun datangnya agak siangan. Mungkin kasihan juga mereka melihatku yang terus terbatuk – batuk dan darah tidak mau berhenti keluar. Akhirnya ku turuti juga saran itu. Sesampai di tempat kerja tidak ada yang kulakukan, aku hanya terdiam memikirkan kejadian barusan dan badan ku terasa lemas sehabis batuk – batuk tadi. Ternyata batuk dan darah itu tidak berhenti sampai disitu, namun masih berlanjut sampai besok dan besok lagi. Saran dari semua orang adalah “periksa ke dokter”.
Minggu pagi akhirnya aku memutuskan pergi ke dokter, yang memberiku banyak obat dan mengharuskan cek ke laboratorium. Semua rasa takut, khawatir, was – was, dan deg – deg an campur aduk jadi satu begitu aku berada di depan laboratorium. Selesai menjalani cek di laboratorium, aku menghibur diri dengan mengunjungi tempat favoritku akhir – akhir ini, yaitu perpustakaan kota, karena hasil cek laboratorium tidak bisa langsung jadi, masih nanti sore, jadi biar terhibur diriku ini. Perpustakaan selalu ku kunjungi seminggu sekali, rasanya ada yang membuatku kecanduan setiap kali mengembalikan buku, terasa ada yang kurang jika tidak meminjam yang lain.
Malam itu aku kembali ke dokter untuk berkonsultasi tentang hasil laboratorium ku. Dan dokter memvonis “paru – paru ku bocor”
………………….
Sejenak aku terdiam, ‘mungkinkah waktu ku untuk kembali pada-Mu sudah dekat, inikah tanda yang Engkau berikan?’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar